MEMAHAMI MAKRIFATULLAH DASAR (5)

*Artikel ini adalah tulisan dari seorang pembelajar tasawuf*

**

Oleh: Taufiqurrahman, S.Pd.I, M.Sy (Al-Hafidz)

MEMAHAMI KEREDHAAN
( Mengenal KebesaranNya)

Pada syarahan ini insya Allah akan membawa paradigma kita mengenal kebesaranNya sehingga memahami untuk bisa menerima seluruh kejadian yang terjadi baik kejadian itu berskala global / umum maupun skala personal atau individu /pribadi, dengan redha dan sukarela. Karena keredhaan adalah sebuah KONDISI yang terbangun oleh Iman dan ilmu, bukan sebuah usaha dari diri sendiri.

Sebelum masuk pada kondisi redha, ada beberapa pertanyaan yang patut untuk diajukan, antara lain:

– Bagaimana cara memahami keredhaan itu?
– Mengapa mesti redho?
– Seperti apakah ciri-ciri orang yang di ridhoi Allah itu?
– Bagaimana cara membangun untuk senantiasa bergantung (menjaga koneksitas) sama Allah Swt itu?

Berbekal syarahan yang telah di lalui sebelumnya ( Makrifatullah, pembukaan pintu makrifat, lauhul mahfudz dan sistem Ilahi, ujian serta penyerahan) insyaAllah secara otomatis kita telah mendapatkan pemahaman untuk menerima seluruh kejadian yang terjadi dalam skala umum yang luas ataupun skala pribadi dengan redha atau sukarela ( orang jawa mengatakan sukolilo, melakukan dengan senang, ringan dan penuh cinta).

Kita mesti ingat, hanya dengan keredhaan seseorang itu masuk surga.

جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.
(Al Bayyinah :8)

Rasullullah Saw bersabda;
Tidak seseorang itu masuk surga dengan amalannya tetapi dengan keredhaan Allah Swt, begitu juga diriku (Terjemahan Shahih Muslim Jilid 4, 819 (1994).

Kita mesti ingat, orang-orang yang diridhoi Allah Swt adalah yang ridho dengan semua kehendakNya, sehingga ciri-ciri mereka tiada ketakutan dan kekhawatiran, menggapai menuju ketenteraman serta senantiasa berpaut rujuk (kembali) selalu ingat Allah Swt.

يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ

Hai jiwa yang tenang

ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.

فَادْخُلِي فِي عِبَادِي

Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,
وَادْخُلِي جَنَّتِي

masuklah ke dalam surga-Ku.(Al Fajr : 27-30).

1. Memahami keredhaan

Pintu keredhaan itu “terbuka” setelah melewati pintu ujian dan penyerahan,

Lewat ujian ;
-ilmu diturunkan sehingga dihapus dari sifat kejahilan (bodoh karena masih ada kewujudan / ke “aku” an.
– pertolongan didatangkan, sehingga iman bertambah.
– Allah meninggikan kedudukan hambaNya
– Terjadi perubahan paradigma (paradigm shift) yang semula “memandang” ujian sebagai momok yang menakutkan, berubah pandangan menjadi kesempatan dan peluang agar bisa masuk ke dalam jamaahNya / golongan “orang-orang” Nya.

Lewat penyerahan, terjadi impact (dampak) perubahan pola pikir dan pola hidup
– Yang selalu bergantung kepadaNya.
– Yang selalu menerima segala ketentuan dan ketetapanNya.
– Menerima bahwa takdir semuanya adalah terbaik dan sempurna serta tidak berubah karena di tetapkan oleh Sang Maha Bijaksana dan Sang Maha Sempurna.

berikut pintu keredhaan itu “terbuka”:

– Setelah mengenal Allah tentu kita semakin beriman kepadaNya.
– Orang yang mengaku beriman pasti diuji oleh Nya.
– Ujian hanya bisa di lalui dengan ilmu ( penyerahan kepada Allah).
– Ujian ini bisa teratasi dengan iman ( meredhai segala kehendak dan ketetapanNya).
– Pertolongan Allah akan datang kepada orang yang beriman dan menyerah bulat-bulat (total / kaffah) kepadaNya.
– Dengan menyaksikan pertolonganNya, keyakinan kepadaNya akan semakin kuat.
– Awalnya adalah kuat beribadah dan taat, akhirnya ialah redha dengan ketetepanNya baik maupun buruk sebuah ketetapan (takdir) semuanya diyakininya terbaik karena Dia Allah Maha Bijaksana, mereka menyerah diri pada jalanNya dan bergantung hanya padaNya semata.
– Berpuas hati dengan apa yang ada, patuh kepadaNya dan bergantung hanya kepada Allah semata.
– Kebaikan adalah redha dan menjaga kondisi atau keadaan yang ada pada diri kita sekarang.

Melalui keadaan redha, terjadi impact (dampak)
– Keyakinan yang kuat tidak terbelah lagi karena bergantung kepadaNya semata.
– Mempersembahkan apapun jua hanya untuk Allah. Sehingga Allah meredhainya.

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.

لَا شَرِيكَ لَهُ ۖ وَبِذَٰلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ

Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.
( Al An’am : 162-163)

2. Mengapa Mesti redha?

Mengapa mesti redha?

– Karena hanya dengan keredhaanlah seseorang itu masuk surga.
– Yang mendapatkan kerelaan Allah adalah orang-orang yang rela dengan semua kehendak. Yaitu mereka yang “keadaannya” bisa menerima seluruh perjalanan hidupnya (masa lalu, sekarang dan yang akan datang) yang baik maupun yang buruk dengan rela.
– Mereka yang selalu menyerah bulat-bulat kepada Allah, dengan keyakinan dan ilmu yang sudah difahaminya, yaitu:
* Menerima segala ketentuan dan ketetapanNya.
* Menerima bahwa Lauh Mahfudz sempurna tidak ada perubahan.
* Meyakini bahwa semua yang terjadi atas izinNya dan sudah tertulis.
* Takdir (ketetapan dari Allah kepada semua ciptaan) adalah sempurna karena terbaik dan tidak bisa berubah.

فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ

Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (Ali Imran :174)

أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَ اللَّهِ كَمَنْ بَاءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ ۚ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali.(Ali Imran :162)

Renungkan lagi, Lalu siapakah orang-orang yang diredahaiAllah itu? Mereka adalah orang-orang yang redha dengan ketetapan dan kehendakNya.

قَالَ اللَّهُ هَٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ ۚ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Allah berfirman: “Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar”.(Al Maidah :119)

Dengan memahami keredhaan ini, mengantarkan kita untuk meyakini seyakin-yakinnya bahwa ALLAH SWT MAHA SEMPURNA DAN MAHA BIJAKSANA.


فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ

Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung”.
(At Taubah :129)

3. Indikasi orang yang diredhaiNya.

Siapakah mereka? Mereka adalah yang sudah masuk dalam “kondisi”, sebagai berikut:
– Mereka yang sudah merasa tiada kewujudan baginya. Ke”aku”annya sudah hilang karena sudah dibangun melalui iman serta ilmu dan kefahaman.

وَمَا فَعَلْتُهُ عَنْ أَمْرِي ۚ ذَٰلِكَ تَأْوِيلُ مَا لَمْ تَسْطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
dan bukanlah aku (Khidir) melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya”.( Al Kahfi :82)

– Orang yang telah dihancurkan ( dibersihkan / laundry) semua kehendaknya.
Allah Swt tidak bersama kamu sekiranya semua nafsu dan kehendak kamu tidak dihancurkan, jika ada lagi dari kamu walaupun sedikit Allah akan menghancurkan itu pula sehingga kamu kosong semula ( Syaikh Abdul Qodir Al Julani, Futuh Ghoib, 24 (1990)

وَاذْكُرْ عَبْدَنَا أَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الشَّيْطَانُ بِنُصْبٍ وَعَذَابٍ

Dan ingatlah akan hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhan-nya: “Sesungguhnya aku diganggu syaitan dengan kepayahan dan siksaan”.
(Shad :41)

Kosongkanlah kamu dari semua lakuan-lakuan kemanusian dan diri kamu (Syaikh Abdul Qodir Al Jilani, Futuh Ghoib, 24 (1990).

Selepas pengalaman ini akan bertambah hancurlah “hati” kamu sehingga hapuslah hawa nafsu dan kehendak kamu umpama tempayan ( gentong ) yang pecah yang tidak mengandungi air walau setetespun ( Syaikh Abdul Qodir Al Jilani, Futuh Ghoib, 23-24 (1990).

– Mereka yang telah menjadi perkakas/ alat Allah semata.
Apabila semua hancur dan tidak ada lagi yang tinggal pada kamu maka kamu pun sesuai untuk “diisi” dengan Allah (Syaikh Abdul Qodir Al Jilani, Op Cit, 24)

Ini adalah sesuai bagi abdal ( setelah kosong dari kehendak di ganti dengan kehendakNya ) dan orang-orang yang mempunyai ilmu kebatinan, orang yang mengetahui Allah Swt ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani Op Cit,24 )

– Orang yang telah Allah tanamkan keimanan dalam hati mereka.

هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا

Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana,(Fath :4)

– Orang yang segala pergerakannya di tangan Allah semata.

Pada hakikatnya tifak ada pelaku atau penggerak atau yang menduamkan kecuali Allah Swt tidak ada baik dan tidak ada jahat, tidak ada rugi dan tidak ada untung dan tidak ada faedah dan tidak ada anugrah dan tidak ada sekatan, tidak terbuka dan tidak tertutup, mati dan hidup, mulia dan hina, kaya dan papa, bahkan segala-galanya adalah dalam tangan Allah ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Op Cit, 20)

Lakuan Allah pun terzahir pada kamu dan masa pergerakan kehendak dan lakuan Allah itu, kamu hanya pasif pada badan, tenang dalam hati, luas fikiran, muka kamu berseri-seri dan jiwa kamu bertambah subur ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Op Cit, 23)

أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.

لَهُمُ الْبُشْرَىٰ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۚ لَا تَبْدِيلَ لِكَلِمَاتِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan} di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.
(Yunus :62-64)

4. Senantiasa bergantung kepada Allah Swt

Zona ketenteraman hanya bisa “dibuka” lewat pintu kerelaan ini, sekali lagi kerelaan ini hanya bisa difahami setelah memahami makrifatullah, pembukaan pintu makrifat, lauhul mahfudz dan sistem Ilahi, ujian, cobaan dan penyerahan.
Keredhaan itu sebuah keadaan yang datang setelah kita terima ujian dan cobaan dengan lapang dada untuk dihadapinya dengan penyerahan kepada Allah secara total /kaffah yang dibangun melalui ilmu dan kefahaman. Kemudian apa saja yang harus difahami dalam hal kerelaan ini?

Perlu diingat kembali, hanya dengan kerelaan Allah seseorang itu masuk surga, Siapa yang mendapatkannya?
Mereka yang rela dengam kehendak Allah yang baik maupun yang buruk dengan sukarela.
– Tidak protes,
– Tidak berkeluh kesah,
– Sabar,
– Ikhlas,
– Senantiasa bersyukur.

Lalu bagaimana mungkin kita bisa sabar, ikhlas, bersyukur dan begitu rela kalau tanpa ilmu?

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا

Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”( Al Kahfi :68)

Alhamdulillah, di atas sudah dipaparkan. Dengan ilmu kita melakukan penyerahan dan dengan iman kita merelai semua kejadian.

Setelah memasuki kesadaran baru dan mindset yang baru tentang pemahaman keredhaan. Kemudian biarkan bimbingan Tuhan dalam bentuk ilham dan berbagai kejadian membimbing kita untuk mengarungi kehidupan ini, maka :
– Kita telah dipersiapkan untuk menjadi orang-orang istemewa
– Kita menjadi alat Tuhan dalam kehendak dan perbuatanNya
– Kita telaj betul-betul rela dalam pengaturanNya, tiada tanya tiada curiga
– Kita betul-betul percaya pada Tuhan bahwa Dia sangat sayang sangat kasih pada kita

Maka, ketenteraman akan benar-benar menyelimuti dan mengalir dari seluruh gerak-gerik kita.
Kedamaian akan terpancar dari seluruh tindak tanduk kita, bahkan orang- orang di sekeliling kita pun dapat merasakannya.

يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَىٰ نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar”(Al Hadid :12).

Untuk masuk ke dalam golongan orang-orang yang redha dan senantiasa hanya bergantung ( menjaga koneksitas) kepada Allah, kita harus seperti :
– Seperti bayi di pangkuan ibunya ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Futuh Ghoib, 19 (1990)
– Seperti mayat di tangan pemandinya ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani. 19 (1990)
– Seperti bola di kaki pemain bola.

Seperti bola di kaki pemain bola melambung, bergolek, ke atas, ke tepi, ke tengah, sentiasa berubah tempat ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Futuh Ghoib, 19 (1990).

– Seperti tong kosong ( tiada kehendak ).

Kamu seperti tong kosong yang berlubang (Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Futuh Ghoib, 57 (1990)

Kamu hendaklah bersopan santun, diam dan jangan banyak bercakap, berserah dengan sukarela kepada Dia ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Op Cit, 94,96 (1990)
-Seperti orang koma di hadapan dokter.

Pendeknya, dia itu adalah alat/ perkakas semata-mata bagi Allah yang Maha Besar.

وَمَنْ يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىٰ ۗ وَإِلَى اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ

Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
(Luqman :22).

بَلَىٰ مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
( Al Baqoroh :112).

– Seperti orang yang tidak sadar di hadapan dokter

Seperti orang sakit tidak sadarkan diri dihadapan dokter ( Syeikh Abdul Qodir Al Jilani, Futuh Ghoib. 38 (1990).

5. Menuju ketenteraman

Kesadaran seperti ini harus kita bangun hingga menjadi keyakinan yang kuat, mindset sudah lain, sudut pandang sudah berubah. Kita tidak lagi curiga kepada Tuhan, karena sudah yakin apapun yang terjadi pada kita adalah yang terbaik dan pasti berhikmah. Kita sudah lagi takut dan khawatir karena kita berada dalam perlindunganNya dan pertolonganNya sangat dekat. Sematkan betul-betul dalam fikiran hingga begitu kuat menancap. Apapun yang menimpa kita olah dan rasakan dengan prinsip-prinsip yang telah kita bangun hingga menjadi mindset baru. Sadari betul-betul apapun yang terjadi adalah terbaik meskipun buruk pada luarnya. Yakinlah ada hikmah dibalik semua itu. Ada ilmu yang akan timbul. Tiada satupun yang sia-sia.

Sadari betul Dia sangat sayang, bila kita memasuki kondisi ini, ketenteraman akan menyelimuti kita. Dan akan terpancar dari seluruh tindak tanduk kita. Orang-orang disekitar kita pun akan mersakannya, kedamaian akan mengalir dari seluruh gerak gerik kita..tenteram dan tenteram…tiada takut…tiada sedih…karena yakin Dia sangat sayang.
Hidup seperti biasa, ingat Allah senantiasa, menjaga halal haram dengan memperkemaskan diri ibadah kepadaNya, tumbuh kelembutan hati.

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.

أُولَٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.
( Al Ahqof :13-14)

Kalau sudah memahami akan keredhaan adalah sebuah kondisi yang tidak bisa dibuat-buat, karena ALLAH SENDIRI YANG MENGUJI KITA di kehidupan nyata ini, maka marilah kita bersiap.

Semoga kita termasuk dalam kondisi ini, yang kita ridho pada Allah, dan Allah pun ridho pada kita.

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

3 Responses

  1. shapawi says:

    sarhan yg mudah d fahami

  2. loe iwan says:

    Alhamdulillah.., bahasa yg sederhana, mudah dicerna, terimakasih bang taufik, semoga diberkahi Allah..

  3. Sulwanri says:

    Terima kasih semua yg disampaikan di web ini.Mohon ijin belajar disini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *