REPORTASE SEMINAR MAKRIFATULLAH DI JAKARTA (30-31 OKT, 1 NOV 2015)

Seminar Jakarta (2)Terhitung hampir 200 orang dari Indonesia (Jakarta dan sekitarnya, Bandung, Semarang, Jogja, Malang, dan dari Sumatera serta Kalimantan) ditambah dengan peserta dari Luar Indonesia yaitu Singapura dan Malaysia, menghadiri seminar Makrifatullah yang diadakan oleh YAMAS-Indonesia pada 30-31 Oktober dan 1 November 2015.

30 Oktober 2015 pada malam harinya telah diumumkan kepengurusan YAMAS-Indonesia, Launching Buku Kompilasi Makrifatullah Jalan Nabi-nabi, Dan Launching Nazam Makrifatullah (3).

Keesokan harinya dilanjutkan dengan seminar Makrifatullah basic yang menjelaskan tentang Makrifatullah, Hati dan mata hati (Dzikrullah), Arah tujuan Ummah, dan Keridhoan. Akhir sesi seminar ditutup dengan tanya jawab.

Sesi terakhir seminar pada hari Minggu 1 November 2015 membahas tentang rangkuman materi kajian tasawuf dan memberikan gambaran global kepada para peserta mengenai keseluruhan isi kajian yang memang tak mungkin bisa diselesaikan dalam hanya beberapa hari seminar.

Ust. H. Hussien bin Abdul Latiff mengemukakan harapan beliau agar lembaga YAMAS-Indonesia yang telah terbentuk dapat menjadi jalan yang merekatkan kembali antara syariah dan tasawuf.

Semoga apa yang telah dirintis Imam Al Ghozali 1,000 tahun yang lalu dalam upaya beliau menyatukan kembali golongan syariat dan tasawuf, bisa kembali diwujudkan pada era sekarang ini.

-(DT)

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

3 Responses

  1. rudy says:

    Assalamualaikum wr wb

    Saya posisi di Malang – Jawa Timur, dimana saya bisa dapat bukunya ya ?

  2. Ahmad Saifudin says:

    Hanya perlu duakali hadir mengikuti sarahan atau pengajian ma’rifat yg dibawakan oleh arif billah ust Hj Hussien bin Abdulatif…terasa bahwa belajar ilmu agama ini tuntas tas meskipun dalam waktu yang relatip singkat, 8 bulan dpat memahami laku ibadah sampai kepada kakikat atau esensinya. Tidak hanya itu kepahaman akan ilmu agama telah dapat membawa kita memahami mengakui serta menyadari sepenuhnya sebagai makhluk yang wajib berserah diri hanya menghamba kepada Tuhannya. Sebelumnya meskipun sudah di labeli sbg orang islam puluhan tahun, tidak tahu dan tidak mengenal siapa tuhan, dan seperti tidak punya tuhan, hanya kalaau ngomong saja ” saya punya tuhan, Allah” tapi tak pernah rasanya memilik tuhan seperti memiliki orang tua/ bapak yang hebat kuat berkuasa dan kaya raya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *