Q&A : BERDZIKIR DALAM DIAM

 Ibu Elsy : Salam wr wb … ustadz… Dulu, saat belum paham ilmu Makrifat dan belum merasakan manfaat nya, pernah berfikir : Saat NST – ROC (memandang lewat pintu belakang ) seolah DIAM… tanpa lafadz.. tanpa pikir… hanya ingat Allah..
(Keluar dari kebiasaan orang yang mengatakan “ibadah”)

Ternyata IBADAH DIAM DZIKRULLAH ini pahalanya bak sedekah emas segunung Uhud.

Ini yang harus di haqqul yaqin kan … kan ustadz….

Perubaahan takuk lama kepada takuk baru..
Pemikiran lama kepada pemikiran baru..
Adat lama kepada adat baru…
Tentu ini tidak semudah membalikkan tangan… kan ustadz…

Salam hormat dan ta’liim…

Rozi : Rasanya kalau dzikir tanpa berkata kata seperti makan tanpa nasi..

Ustadz Hussien Abd Latiff : Rasulullah saw bersabda bahawa banyak kata lebih dari ingat membuat hati menjadi keras dan Allah swt menjauhi orang yg berhati keras.

Ibu Elsy : Shadaqta ustadz…Itu sebab nya… banyak orang tampak sebagai ahli ibadah… syariat nya bagus… tapi belum bisa berhati lembut – masih bisa marah – berkata kasar dan menyakitkan…Terimakasih ustadz 🙏🏼

Rio : Ustadz. Mohon koreksinya atas kepahaman yg saya dapatkan.

Dulu….saya belum paham bagaimana approach dzikir “diam” ini.

Saya dulu merasakan seperti yang saudara kita Rozi rasakan. Seperti ada yang kurang. Saya dzikir “diam” tapi rasa jasad ingin berdzikir mengucap.

Lama-lama baru saya paham. Dzikir “diam” ini menghidupkan ruhani yang di dalam. Dia menggunakan “yang di dalam” sahaja. jasad di luar ditinggalkan.

Baru saya tersadar. Untuk dimudahkan kita zikir dengan “yang di dalam” semata-mata, harus kita tunaikan hak jasad pula. Yaitu memperbanyak ibadah jasadiah. Sholat rhawatib. Baca quran. Tahajud.

Kalau hanya dzikir “diam” saja, tapi ibadah jasadiah tidak diperbanyak, akan sulit ruhani untuk mencapai kenaikan.

Maka teringatlah saya ustadz cerita. Awal-awal ustadz dapat ilmu ini, tak ada yang bimbing ustadz. Sehingga ibadah ustadz lebih banyak hanya “ingat” saja. Dan baca diba’i. Kalau saja ada yg memberitahu bahwa ibadah mesti diperbanyak, maka kenaikan ruhani akan lebih cepat. Bahkan lebih tinggi lagi.

Kalau diperbanyak ibadah syariat “luar” maka lebih mudah ruhani yang di dalam menjadi hidup dengan dzikir “diam”.

Betulkah pendapat begitu dari pintu depan ustadz?

Ustadz Hussien Abd Latiff : Benar, sahabatku Rio.

Kenapa kita dzikir tanpa berkata? supaya kita dapat rihat atau tidurkan jasad dan melepaskan roh, dengan itu bisa wisata (wisata jiwa).

Sekiranya jasad masih aktif atau masih beroperasi maka roh masih terikat dengan jasad kerana kuasa kita adalah dengan roh.

Sesuai dengan sabda Rasulullah saw, “ Mataku tidur, hatiku tidak ”. Di sini “Mataku” berkait dengan Jasad dan “hatiku” adalah 3 serangkai (minda, pendengaran dan penglihatan)di mana sesudah jasad ditidurkan hati bebas bergabung (seperti Pilot)dengan roh (seperti Pesawat)untuk wisata jiwa atau pun OBE [Out Of Body Experience].

Syofian Husain : Ya… Ya…. Alhamdulillah terimakasih ustadz, seakan akan saya temui kuncinya zikir di pagi ini…. 🙏🏻🙏🏻👍👍👍😍


Catatan: Artikel tanya jawab ini diperuntukkan bagi yang sudah memahami kajian Makrifatullah. Apabila ada diantara pembaca yang belum memahami, harap terlebih dahulu membaca SILABUS KAJIAN dan mengikuti dengan runut pembahasan satu per satu sejak awal.

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *