PERJALANAN MASUK KE DALAM DUNIA AHLI SUFI

03/12/20 08.31 – Pak Yusdeka: Assww Pak Ustadz, mohon petunjuk tetang hal berikut ini. Apakah kondisi begini sudah on the track:

1. Kita sangat sulit, kalau tidak mau dikatakan tidak bisa, untuk bermakrifat tanpa mengenal Hakikat (Dzat).

2. Kalau dari Sifat langsung ke Makrifat, maka ternyata selalu akan terlihat dua wujud (Allah dan makhluk), sehingga memunculkan proses RIYADAH yang sangat sulit dengan banyak cara seperti didalam tarekat-tarekat dan meditasi-meditasi Hindu, yang tujuannya adalah untuk menyucikan dan menafikan diri untuk kemudian mau Meleburkan diri kepada Allah, sehingga muncullah Pahaman Wahdatul Wujud, dan Nur Muhammad.

3. Akan tetapi kalau sudah mengenal Hakikat (Dzat), barulah senang untuk bermakrifat. Cukup setelah menafikan sifat, dan mengisbatkan Dzat, lalu kemudian bisa langsung bermakrifatullah tanpa bersusah-susah dan berlama-lama mencari JALAN untuk bermakrifatullah

4. Lalu untuk mendapatkan gegaran makrifatullah, kita tinggal duduk LAMA di alam Hakekat, dimana kemanapun mata hati melihat yang terlihat hanyalah Dzat saja, dan minda terasa pejal karena ingat Allah.

5. Dengan sering, atau kalau bisa istiqamah, DUDUK serta BERIBADAH (wajib dan sunah) di alam Hakekat ini, ternyata kita bisa langsung masuk ke taraf IHSAN. Dimana Allah yang kita ingat di minda serasa melihat kita dari sebalik Dzat yang terpandang oleh Matahati.

6. Mulanya serasa dilihat oleh Allah, lalu kemudian muncul SILIH BERGANTI perasaan malu akan kualitas perilaku diri, takut, takjub, kagum, haru, senang, dll. Karena kemudian matahati seperti mampu melihat KEBENARAN yang terpampang jelas di depan matahati. Kebenaran akan KEESAAN ALLAH dalam segala hal (kewujudan, kebesaran, kehendak, kekuatan, dll). Dan air mata pun jatuh berderai-derai tak tertahankan.

7. Kalau kita sudah sebati dengan hal seperti diatas, saat buka matapun sudah tidak ada masalah lagi. Matahati sentiasa melihat Dzat, dan minda mengingat Allah. Lalu setiap makhluk yang terlihat oleh MATA serasa sudah menjadi sahabat saja. Karena Matahati sudah tajam melihat Dzat disebalik makhluk itu.

8. Melihat segala sifat yang diperankan oleh makhluk yang ada di depan mata, lama lama serasa melihat lakuan Dzat saja, seperti melihat pertunjukan pak Dalang dengan wayang-wayangnya. Lalu kitapun serasa jadi wayang pula.

9. Bolehkah hal seperti ini diistiqamahkan Pak Ustadz?.

10. Perlukan dilanjutkan dengan menafikan Dzat, dan mengisbatkan Yang Maha Halus Pak Ustadz?.

Mohon koreksi dan petunjuk pak Ustadz. Maaf curhatnya panjang ya Pak Ustdaz๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜Š

Wassalam

03/12/20 08.38 – Kak Luly Makassar/Jkt: Mashallah pas sekali pak deka penjelasan pak deka…khususnya yg point 10 ๐Ÿ™

03/12/20 08.41 – B Sahry: Pak Deka, masuk dalam peringkat IHSAN, bagaimana mensuasanakannya dengan yg seperti di rasakan pak deka saat hadir shalat di situasi yg mirip di alami Rasulullah saw, saat menghadap Allah SWT, peristiwa Isra Mi’raj, yg dalam hal terasa saat kita setiap kali baik Tasyahud awal, maupun akhir. Mohon juga ikut numpang pencerahan tas pandangan Ustad. Terima kasih ustad, terima kasih Pak deka.

03/12/20 09.23 – Siswantoro Suparjan Makrifat: Terima kasih bang Deka, suatu summary yang sangat manfaat.

Sambil menunggu pencerahan ustadz.

Wslm

03/12/20 11.03 – Arifbillah Ustadz H. Hussein Bin Abdul Latief: Allah swt berfirman,”

Al-Hajj (The Pilgrimage) 22:27,”

 *Dan serukanlah umat manusia untuk mengerjakan ibadat Haji, nescaya mereka akan datang dengan berjalan kaki dan dengan menunggang berjenis-jenis unta yang kurus yang datangnya dari berbagai jalan (dan ceruk rantau) yang jauh.”*

Begitu juga perjalanan masuk ke dalam Dunia Ahli Sufi ini bermacam-macam caranya.

Apa yang Pak Deka sampaikan adalah perjalanan atau pengalaman peribadinya hingga ke saat ini. Maka mereka yang melalui jalan yg sama dapat identifikasi atau sesuaikan diri mereka dengannya.

Namun ada yang pada permulaan disampaikan ilmu ini udah mengalami satu goncangan kuat lalu perubahan pada hidup mereka berubah begitu hebat sekali ketara kepada Ahli keluarga dan sahabat taulan. Sejurusnya bisa langsung Nafi & Isbat dan udah berada diperingkat Ihsan. Juga udah bisa menjalankan ibadah-ibadah sunat dengan baik walaupun dahulu tidak pernah dibuatnya malahan ibadah-ibadahnya yg wajib pun berlobang-lobang.

Mereka ini, ada yang udah sedia berhujjah berkenaan ilmu dengan sesiapa sahaja.

Namun ada yang diam, memerhati dan mendengar sahaja. Mereka ini yang selalu merindui saya.

Ada yang udah faham apabila disampaikan ilmu ini namun sampai sekarang belum merasakan kegoncangan namun rasa senang dengan ilmunya. Walaupun ilmu ini mantap dengan mereka tetapi tidak banyak perubahan ada pada diri mereka.

Apa jua pendekatan yang kalian laluinya (sama ada tertulis  di sini atau tidak) sila fahamkan apa yg hendak disampaikan berikut ini:

 *Pengikut* : Apabila *Kita* menafikan Sifat maka *Kita* akan lihat Hakikat iaitu Dzat dan apabila *Kita* nafikan Dzat *Kita* akan berhadapan dengan Yang Maha Halus. Maka ibadah *Kita* akan menjadi bertambah baik. Akhir *Kita* akan bisa berhadapan dengan Yang Maha Halus tanpa perlu Nafi & Isbat lagi.

Benarkah ini Tuan Guru.

 *Tuan Guru* : ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ๐Ÿ˜ญ

03/12/20 11.10 – Pak Yusdeka: Alhamdulillah, terima kasih Ustadz, insyaallah paham.๐Ÿ˜ญ

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *