PENGAKUAN (By Yusdeka)

*Artikel ini adalah tulisan dari seorang pembelajar tasawuf*

**

DARI SISI ALLAH, Dia berhak mengaku apa saja kepada kita, hatta kepada setiap makhluk ciptaan-Nya sekalipun. Karena memang hakikat dari semua ciptaan itu adalah sebagian kecil dari Dzat-Nya Sendiri, Dzat Yang Maha Agung. Ini bisa diibaratkan seperti kita mengakui jari kelingking kita adalah diri kita sendiri. Ketika seseorang memukul jari kelingking kita itu, kita berhak berkata kepadanya: “kenapa engkau pukul aku?, jari kelingkingku ini adalah aku”. Kita juga berhak berkata kalau kepala kita adalah kita. Ketika seseorang memegang kepala kita, kita akan berkata: “kenapa engkau pegang aku?”. Dan seterusnya.

Karena Dzat-Nya Meliputi segala sesuatu, Maka Allah berhak berkata:

Maka (yang sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, akan tetapi Allah-lah yang membunuh mereka, dan bukanlah engkau yang melempar ketika engkau melempar tetapi Allah-lah yang melempar… (Al Anfaal 8: 17)

Diriwayatkan dari Abu Hurairah – radhiyallahu ‘anhu – ia berkata: Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-. telah bersabda: “Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman: “Barangsiapa yang memusuhi salah seorang wali-Ku, maka Aku telah mengumumkan peperangan kepadanya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan sesuatu pekerjaan yang lebih Aku sukai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku tidak henti-hentinya mengerjakan amalan-amalan sunnah (melengkapi amalan-amalan fardhu) sehingga Aku mencintainya, dan jika Aku telah mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, dan penglihatannya yang dengannya ia melihat, dan tangannya yang dengannya ia melakukan pekerjaan, dan kakinya yang dengannya ia melangkah, dan jika ia meminta niscaya Aku kabulkan, dan jika ia mohon perlindungan niscaya Aku akan melindunginya, dan tidak pernah Aku enggan sedikitpun terhadap pekerjaan yang Aku lakukan seperti keengganan-Ku ketika mencabut nyawa orang yang beriman, ia membenci (kesulitan) dalam menghadapi kematian, sedangkan Aku tidak suka menyiksanya (ketika ajalnya datang menjelang).” (HR. Bukhari).

Allah berhak berkata kepada orang-orang yang Dia CINTAI:
• Pendengaranmu adalah pendengaran-Ku
• Penglihatanmu adalah Penglihatan-Ku
• Tahumu adalah Tahu-Ku
• Hidupmu adalah Hidup-Ku
• Gerakmu adalah Gerak-Ku
• Ruhmu adalah Ruh-Ku
• Hatimu adalah Hati-Ku
• Tanganmu adalah Tangan-Ku
• Kakimu adalah Kaki-Ku.

Hanya Dia sajalah yang berhak untuk berkata seperti itu.

SEBALIKNYA, DARI SISI MANUSIA, tidak satu orang manusiapun yang berhak untuk mengatakan kata-kata yang sama kepada siapapun.

Sehingga orang yang beriman dan dicintai oleh Allah, TIDAK akan pernah mengaku WUJUD kepada sesama manusia. Ia hanya akan berkata: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un…, Subhanallah, Alhamdulillah, laa ilaaha illallaah, Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illabillah…!.

Ia hanya akan berkata:
Allahlah Yang Maha Besar…
Allahlah Yang Maha Suci…
Allahlah Yang Maha Tahu…
Allahlah Yang Maha Melihat…
Allahlah Yang Maha Mendengar

Ia hanya akan berkata:
Allahlah pemilik diri-ku
Allahlah pemilik ruh-ku
Allahlah pemilik anak-ku
Allahlah pemilik istri/suami-ku
Allahlah pemilik harta-ku

Tidak ada satupun yang bisa ia akui sebagai miliknya. Sebab begitu ia mau mengaku-ngaku maka segera saja ia terkejut melihat, dengan hatinya, bahwa ternyata Dzat Wajibul Wujudlah disebalik semua yang ingin ia akui sebagai miliknya itu. Sehingga lidahnyapun kelu. Ia hanya terdiam tanpa sempat berkata-kata sepatah katapun untuk mengaku…

Akan tetapi, orang-orang yang terhijab dari bermakrifatullah, akibat salah dalam memahami hakikat dirinya sendiri, seperti dalam paham Wahdatul Wujud, Nur Muhammad, Insan Kamil, dan Rabithah Mursyid yang telah dibahas sebelumnya, maka keliru pulalah mereka bermakrifat, sehingga mereka akan sering berkata-kata SYATAHAT. Dari mulut mereka munculnya pengakuan-pengakuan ketika mereka mengalami ekstasis, bahwa mereka adalah Allah:

• akulah Al Haq…
• Siti XXXXX tidak ada, yang ada adalah Allah…
• akulah Tuhan…
• yang ada dalam jubahku adalah Allah…
• subhani… subhani …
• Jadilah aku Maha Kuasa atas segala sesuatu…
• aku adalah Aku…
• Dia adalah aku, aku adalah Dia…
• engkau adalah Engkau…

Itu semua terjadi karena mereka keliru dalam memahami HAKIKAT semua ciptaan. Allah dikira Alam, Alam dikira Allah. Wahdatul Wujud. Sehingga diri sendiripun kemudian dikira Allah. Manusia lainpun dikira Allah. Manusia lain dikira Anak Allah. Allah dikira banyak. Satu dalam ramai… ramai dalam satu.

Bersambung

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *