LAUHUL MAHFUDZ DALAM DIMENSI RUANG DAN WAKTU (By Yusdeka)
*Artikel ini adalah tulisan dari seorang pembelajar tasawuf*
**
Dzat-Nya Yang sedikit itu kemudian terzahir menjadi Dimensi Ruang dan Waktu yang sangat terukur bagi-Nya, yang akan dihuni dan diisi oleh semua Ciptaan yang ada di dalamnya.
Untuk dimensi Ruang, besarnya ruangan yang terzahir itu sangatlah besar sekali. Mulai dari 70 Tirai Nur; Arsy; Air yang sangat Masiv; dan Sidratul Muntaha, sampai dengan 7 Lapis Lagit; Bumi & Alam Semesta Raya yang bisa terobservasi oleh Ilmu Pengetahuan (Observable Universe).
OBSERVABLE UNIVERSE itu memuat JUTAAN Supercluster yang SALAH SATU CLUSTERNYA adalah LOCAL SUPERCLUSTER; Salah satu Supercluster dalam Local Supercluster itu adalah VIRGO SUPERCLUSTER yang memuat Jutaan Galactic; Salah satu Galactic yang ada di Virgo Supercluster itu adalah LOCAL GALACTIC GROUP yang memuat jutaan Galaxy; Salah satu Galaxy yang ada dalam Local Calactic Group ini adalah MILKY WAY GALAXY yang memuat Jutaan Solar Interstellar Neighborhood; Salah satu Solar System yang ada dalam Solar Intersteelar Neighborhood ini adalah Solar System yang kita huni saat ini yang didalamnya ada plannet-planet yang salah satunya adalah BUMI.
Bagi kita, ukuran Ruang untuk Observable Universe ini saja sudah tak terperikan besarnya. Ukurannya bukan lagi dalam Kilometer, tapi sudah dalam Jutaan tahun perjalanan Cahaya. Belum lagi ukuran ruang dari Sidratul Muntaha, lalu Lapisan Air Dibawah Arsy, lalu Arasy sendiri, lalu 70 Tirai Cahaya. Sungguh tak terpikirkan oleh kita besarnya. Dan semua itu terzahir hanya dari SEDIKIT Dzat-Nya dari Keseluruhan Dzat-Nya Yang Maha Besar. Itu berasal dari sedikit Dzat-Nya yang seukuran setetes air didalam lautan yang luas, seukuran sebutir pasir dipadang pasir yang luas, seukuran bulan purnama di dalam Observable Universe.
Untuk Dimensi Waktu, Kurun Waktu sejak dari Allah bersabda KUN, sampai dengan terciptanya 70 Tirai Nur; Arsy; Air yang sangat Masiv; dan Sidratul Muntaha, sangatlah LAMA SEKALI. Al Qur’an dan Al Hadist tidak bercerita tentang berapa lamanya proses pembentukannya. Al Qur’an hanya bercerita tentang lama proses pembentukan 7 Lapis Lagit; dan Bumi & Alam Semesta Raya yang bisa terobservasi oleh Ilmu Pengetahuan (Observable Universe). Yaitu 2 Fase untuk penciptaan 7 Lapis Langit, dan 6 Fase untuk Penciptaan Bumi dan Kelengkapannya. Totalnya sekitar 8 Fase yang masing-masing Fase itu seukuran 2 Billion tahun.
Jadi untuk proses penciptaan 7 Lapis langit dan Bumi beserta Observable Universe itu adalah sekitar 16 Billion Tahun. Itu belum lagi waktu yang dibutuhkan dalam proses penzahiran Kiamat, Kehidupan di alam Akhirat, Kehidupan di Syurga dan Neraka. Dimana keabadian di dalam Neraka dan Syurga itu adalah selama masih ada Langit dan Bumi yang baru yang diciptakan Allah setelah Kiamat Pertama. Sungguh…, durasi waktu untuk kesemuanya itu tak terukur oleh pikiran kita.
Mau tidak mau kita akan berhenti berpikir tentang Dimensi Ruang dan Waktu atas kebesaran, ketinggian, dan keluasan Lauhul Mahfuz ini. Dan itupun barulah berasal dari sedikit dari Dzat-Nya.
Maka dengan Ilmu, tanpa kita harus MENUNGGU-NUNGGU ilham atau wisik, atau apapun jugalah namanya yang sering ditunggu-tunggu oleh pelaku meditasi dan dzikir-dzikir tertentu, yang entah kapan kita dapatkan, kitapun akan segera Bermakrifat kepada Kemahabesaran Allah, Kemahaluasan Allah, Kemahatinggian Allah.
Kita akan bisa bermakrifat sekarang juga. Bukan dengan menunggu-nunggu apa yang katanya ILHAM, berupa perkataan-perkataan: “Akulah Allah…, Akulah Yang Maha Besar, dan perkataan-perkataan lainnya seperti yang selama ini dicari-cari dan ditunggu-tunggu oleh para pemraktek meditasi dan dzikir-dzikir tertentu.
Allah…,
maka Dia berhak MENGAKU kepada kita:
Dzat-Nya adalah Wajibul Wujud. Yang Tiada Permulaan dan Tiada Akhir
Dialah Dzat Yang Awal, Yang Maha Indah.
Dari Sedikit Dzat-Nya, terdzahirlah Semua Ciptaan,
Oleh karena itu Dialah Yang Dzahir
Hakikat disebalik semua ciptaan, adalah Dzat-Nya, yang tidak terlihat oleh mata,
Maka Dialah Yang Batin.
Dari Dzat-Nya lah tercipta segala sesuatu di Lauhul Mahfuz,
Maka Dialah yang Maha Meliputi segala sesuatu.
Dzat-Nya ada dimana-mana, disetiap ciptaan-Nya
Dzat-Nya bersamamu dimanapun kamu berada.
Dzat-Nya lebih dekat dari urat lehermu
Karena Dzat-Nya Meliputi Lauhul Mahfuz, maka:
Dialah Yang Maha Melihat, Maha Mendengar, Maha Mengawasi, Maha Mengetahui, Yang Maha Berkuasa atas segala apapun juga yang berada di dalam Lauhul Mahfuz itu.
Karena Lauhul Mahfuz adalah ciptaan, padahal segala sesuatu selain Dzat-Nya akan musnah, maka ketika semuanya sudah musnah, yang akhir hanyalah Dzat-nya,
Sungguh Dialah Yang Akhir.
Dialah Yang Awal dan Dialah Yang Akhir.
Dengan memahami Hakekat semua Ciptaan ini adalah berasal dari sedikit dari Dzat-Nya, maka dengan mudah pula kita akan bermakrifat kepada Allah:
Tidak ada siapapun yang tahu bagaimana rupa Allah swt. Tidak Ada sesuatu pun serupa dengan Dia (Asy Syura 42: 11)
Tidak ada seorangpun yang seumpama dengan Dia (Al Ikhlas 112: 4)
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata (Al Anaam 60: 103)
Nah…, Allah yang seperti inilah yang harus kita INGAT (Dzikiri) setiap saat, baik di dalam shalat maupun diluar shalat, seperti kita mengingat orang tua kita (al Baqarah 200).
Kalau kita sudah bisa ingat kepada Allah yang sebenarnya, yang hakiki seperti ini, maka pastilah Allah akan menyambut rasa ingat kita itu dengan menurunkan Riqqoh kedalam dada kita, sebagai tanda bahwa Diapun telah mengingat kita.
Selanjutnya adalah proses petunjuk, pengajaran, pemberitahuan dari Allah tentang hal-hal yang kita butuhkan sesuai dengan takdir atau lakon atau peran yang sedang dan yang akan kita mainkan di dalam fungsi kekhalifahan kita di muka bumi ini. Proses inilah yang disebut sebagai proses turunnya Ilham kepada kita, yaitu Allah berkenan membukakan sedikit lebih awal rahasia-rahasia atas peristiwa-peristiwa yang akan kita alami atau orang lain alami beberapa waktu kemudian. Atau jawaban-jawaban yang tidak kita sangka-sangka atas persoalan-persoalan yang sedang kita hadapi saat ini atau yang akan kita hadapi dikemudian hari. Karena memang hakekatnya semuanya sudah terencana dengan sangat matang dan sempurna di dalam kitab yang nyata Lauhul Mahfuz. Dan Allah berkenan membukakannya sedikit lebih awal kepada kita. Pengungkapan itupun terjadi karena Rahmat dan Kasih Sayang-Nya kepada kita. Bukan karena kehebatan kita. Itu karena kita telah bersedia untuk menjadi abdi-Nya, pesuruh-Nya, alat Perkakas-Nya untuk memakmurkan bumi ini, sehingga Diapun berkenan membekali kita dengan fasilitas-fasilitas yang akan kita butuhkan dalam menjalankan tugas kita itu…
Lalu kita mau mengaku apa dihadapan Allah?. Masihkah kita bisa mengaku dihadapan-Nya??.
Bersambung
KOMENTAR