Q&A: SIAPAKAH YANG MAHA HALUS LAGI MELIPUTI?

Penanya : Berarti kemanapun kita menghadap (termasuk dalam sholat), adalah menghadap kepada si kecil (Dzat) yang berupa ciptaan/makhluk, bukan Allah yang maha pencipta/Tuhan. Begitukah?

Adakah dalil yang menjelaskan bahwa si kecil (Dzat) itu adalah ciptaan/makhluk, bukan yang besar (Allah) yang merupakan pencipta/Tuhan.

Ataukah saya salah memahami? Mohon pencerahannya.

Ustadz Hussien Abd Latiff: Benar, Allah swt yang Maha Besar. Justeru itu siapakah Yang Maha Halus lagi meliputi yang bisa kita memijaknya? Siapakah yang Maha Halus yang meliputi semua atom yg lebih dari 50 triliun dalam jasad kita? Di sini Rasulullah saw juga ada bersabda, “Hanya Selaput DzatNya,” “Seperti bulan mengambang diwaktu malam Allah adalah lebih besar dari itu.” Ibnu Abbas berkata bahawa Rasulullah saw ada bersabda bahawa semua ciptaan adalah tidak besar dari sebiji sawi kepada Allah swt

Perihal ibadah, bagaimana anda mengaku anda yang beribadah apabila Allah swt berfirman bahawa Aku-lah yang Zahir dan Batin? Allah swt.juga berfirman bahawa bukan kau (Muhammad) yang melempar atau membunuh kerana yang melempar atau membunuh adalah Aku (menerusi Dzat (ciptaan)Ku di dalam diri mu). Sayugia diingat bahawa selain Allah swt, semua yang ada adalah ciptaan.

Penanya : Lantas bisakah kita mengatakan sesat kepada mereka yang meyakini bahwa saat sholat mereka sedang berhadap-hadapan dengan Allah. Ataukah kita anggap sebagai masalah khilafiyah saja. Yang tidak perlu diperdebatkan?

Dan kalau memang itu sesat, maka bagaimana dengan keadaan para guru kami. Termasuk orang tua kami. Yang memang mengajarkan keyakinan demikian.

Haruskah kami sebut sebagai orang- orang yang tersesat, yang mengajarkan kesesatan?

Mohon pencerahannya.

Ustadz Hussien Abd Latiff: Soalan ini harus ditujukan kepada ulama syariah yang sama ada berfahaman Asyariah, Mutazilah atau Jabariah, bukan kepada mereka yang makrifat. Kerana itu Musa as tidak boleh [tidak bisa] memahami perbuatan Khidir as.  Kata Imam Ghazali bahawa kalau kamu kenal Tuhanmu dan mengenal dirimu maka kamu tahu kamu tidak wujud.

Maka lihat sahaja tayangan di Bioskop Ilahi orang sedang shalat dan diam, kerana kita tidak wujud serta juga mengetahui Dia bermain dengan DzatNya (Bukan kau melempar atau membunuh, yang melempar atau membunuh adalah Aku).

Pertanyaan ini yang sekarang bergeligar dalam minda kamu membuat susah bagi kamu menafikan kewujudanmu dan terhijab.


Tambahan admin : silakan baca kembali artikel “Agar Tak Terjatuh Dalam Paham Wahdatul Wujud”. Wahdatul Wujud berpendapat bahwa di sebalik semua ciptaan adalah Allah itu sendiri. (Allah adalah hakikat ciptaan, menurut pahaman Wahdatul Wujud). Sedangkan Ust. Hussien mengoreksi pandangan tersebut dengan menjelaskan bahwa disebalik semua ciptaan adalah dzat-Nya, bukan DIA. Hakikat semua ciptaan adalah selaput / setitik dzat-Nya.


Catatan: Artikel tanya jawab ini diperuntukkan bagi yang sudah memahami kajian Makrifatullah. Apabila ada diantara pembaca yang belum memahami, harap terlebih dahulu membaca SILABUS KAJIAN dan mengikuti dengan runut pembahasan satu per satu sejak awal

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

4 Responses

  1. Syachmidin says:

    Maaf…jadi bingung sendiri….
    Jadi yg kita sembah itu zatNya…bukan Allah begitukah?…mohon pencerahan lebih detil ust

    • YAMAS says:

      Admin : begini Pak, semua yang bisa disentuh, diraba, dirasa, dan sebagainya, semuanya adalah ciptaan. Semua yang di dalam Lauh Mahfudz adalah ciptaan. Sehingga, jika misalnya kita sangat tekun beribadah, sampai kita merasakan bahwa diri kita sebenarnya diliputi oleh sesuatu, seperti didalam genggaman, atau misalnya kita merasakan bahwa dibalik segala yang ada ini ada yang mengamati, maka ketahuilah itu adalah dzatNya. Karena Allah tidak berada di dalam Lauh Mahfudz. itulah yang membedakan antara dzatiyah dan Wahdatul Wujud.

      Saat Bapak mengetik di keyboard laptop, maka zahir keyboard itu adalah sifat, dibalik sifat itu adalah dzatNya. Tidak boleh kita mengatakan dibalik keyboard ini adalah Allah.

      Adapun yang kita sembah, adalah Allah. tak serupa tak seumpama. yang manusia bisa lakukan hanyalah mengingatiNya. Saat mengingatNya, kita tahu bahwa DIA tak serupa tak seumpama. Tak bisa disentuh. DIA-lah yang disembah, bukan dzat-Nya, bukan sifat-Nya

      semoga dapat dipahami.

      berikut kami kutipkan tulisan ustadz, bisa dibaca pada link ini http://yamasindonesia.org/qa-impact-gegaran-yang-berbekas-parut-3/

      Ustadz Hussien Abd Latiff: Semua bersandarkan ilmu. Contoh:
      Kita minum air dalam kegelapan. Rasa air nya seperti rasa epel [apel]. Namun kerana berilmu kita tahu itu adalah perasa epel [perasa apel] bukan jus epel.

      Begitu juga apabila terasa berhadapan dengan KewujudanNya maka pasrah sahaja kepada RASA itu namun kita tahu bahawa kita berhadapan dengan DzatNya.

Leave a Reply to Syachmidin Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *