Q&A: PENGALAMAN RUHANI DUDUK DI PINTU BELAKANG

Yusdeka Putra: Pak Ustadz saya mau bertanya. Apakah hal yang berikut ini boleh dikatakan sudah duduk di “pintu belakang” juga atau belum:

Sering saya serasa duduk di dalam ruangan yang dindingnya adalah jasad saya. Saat saya membuka mata, serasa bukan mata saya yang melihat, tetapi serasa ada yang sedang memandang keluar corong mata saya. Saya jadi seperti orang yang dari dalam rumah melihat keluar tingkap (jendela). Itu mungkin yang disebut dengan pandangan matahati ya Pak Ustadz?.

Karena saat minda saya ingat Allah, dan matahati saya sudah terbiasa melihat kosong, maka apa yang dilihat diluar tingkap itupun saya lihat seperti kosong begitu saja. Saya lebih fokus kepada melihat yang kosong itu.

Hanya saja lama kelamaan, ingatan saya yang saya usahakan selalu berisi ingatan kepada Allah, pada suatu saat seperti tersangkut pada satu slot (area) yang tetap dan tidak bisa bergeser kepada ingatan-ingatan yang lain. Keadaan seperti itu bisa bertahan lama. Kepala saya terasa agak pejal dan penuh dengan hanya berisikan satu ingatan saja, yaitu ingatan kepada Allah. Tapi matahati saya kok seperti bisa melihat kepada dua arah sekaligus ya Pak Ustadz?. Arah pertama melihat melalui corong mata, dan sekaligus arah kedua melihat kearah ubun ubun dekat kening.

Akibatnya melihat apa-apa yang ada dipintu depan mata saya, saya melihatnya seperti tidak fokus dan hanya melihatnya seperti sekilas pandang saja. Saya juga menjadi tidak kagetan dengan apa-apa yang terjadi dihadapan saya. Dulu saat ada petir menggelegar saja, saya kaget dan terperanjat mendengarnya. Sekarang ada petir yang keras sekalipun, saya tidak kaget lagi dan hanya terasa biasa-biasa saja.

Yang tidak enaknya kepada kerabat adalah, saya seperti orang yang tidak punya perasaan sedih ataupun gembira atas kejadian dukacita ataupun sukacita yang terjadi dihadapan mata saya.

Tapi anehnya, ketika saya melalukan sesuatu aktifitas, misalnya menulis di komputer, saya bisa fokus menulis itu dalam waktu yang sangat lama, berjam-jam, tidak terganggu dengan keadaan di sekeliling saya, dan saya tidak merasa penat sedikitpun. Dan untuk menulis itupun saya seperti tidak berpikir sedikitpun. Saya seperti hanya menuliskan sesuatu yang sudah ada untuk ditulis.

Apakah yang saya alami ini sudah on the track duduk di pintu belakang pak Ustadz?. Kalau itu keliru, saya mohon petunjuk pak Ustadz yang saya sangat rindui.

Ustadz Hussien Abd Latiff: Benar, pak deka on right track. Nasihat saya usah lagi melihat terowong bawa matahati naik ke atas sambil Dzikrullah secara santai-santai sehingga termasuk ke alam sakinah.

Yusdeka Putra: Alhamdulillah. Nasihat ustadz akan saya laksanakan. Insyaallah…

Efendy Yasin: Maaf ustadz, nak tanya lebih lanjut, jika tidak usah lagi melihat terowong matahati langsung bawa naik keatas sambil dzikrullah, apakah ini maksutnya dilakukan saat kita tidak sedang beraktifitas ? Karena kalau mata hati dibawa ke atas takkan nampak yang ada di depan kita … mohon di perbetulkan jika pemahaman saya keliru … 🙏🏻

Luli Alaydrus: 🙏🏻 alhamdulillah menjadi lebih jelas. Terbantu dengan tulisan pak deka.

Ustadz Hussien Abd Latiff: Lihat tulisan pak deka jawapannya,

“Akibatnya melihat apa-apa yang ada dipintu depan mata saya, saya melihatnya seperti tidak fokus dan melihatnya seperti sekilas pandang.”

Inilah mereka yang tidak disibukkan dengan hidup keseharian dari mengingati Allah swt. Iaitu mereka walaupun berjalan dengan mata terbuka namun matahatinya masih bersama minda yang mengingati Allah swt kerana itu apa yang di depan kedua terowong hanyalah sekilas pandang. Ini yang Syeikh Abdul Qadir Al Jilani berkata bahawa inilah orang yang masuk ke pasar tidak melihat barang-barang pasar tetapi hanya melihat Allah swt

Semoga Yasdur dapat mempraktikkan ini. Kerana semua orang Allah swt berada dalam keadaan sekilas pandang melainkan dia diberi tugasan.

Bayu Teguh Prakoso: Terima kasih ustadz 🙏🏽

Efendy Yasin: Alhamdulillah ustadz, terimakasih atas penjelasannya.
Dan memang itu ustadz yang juga saya alami dan saya menjadi rada lambat ketika diajak berinteraksi karena jadi lupa kata2 dan butuh waktu sebentar untuk mengingat2 baru dapat lancar berbicara … ini yang membuat saya rada takut apakah impact ini salah ustadz ?

Ustadz Hussien Abd Latiff: Kamu dalam “correct track” (Laluan yg benar) bersama dengan pak deka. Alhamdulillah


Catatan: Artikel tanya jawab ini diperuntukkan bagi yang sudah memahami kajian Makrifatullah. Apabila ada diantara pembaca yang belum memahami, harap terlebih dahulu membaca SILABUS KAJIAN dan mengikuti dengan runut pembahasan satu per satu sejak awal.

 

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *