Q&A: PENGALAMAN RUHANI : AIR MATA SELALU MENETES, SAYA HARUS BAGAIMANA?

Rusdianto

2017/04/01 at 7:49 am

Assalamualaikum Ustadz dan para sahabat.

Sebenarnya saya malu untuk bertanya terus kepada Ustadz atau para sahabat yang lain. Namun, tiada tempat lain untuk bertanya dan berdiskusi.

Sampai sekarang air mata itu terus menetes tiap – tiap saat diingatkan tentang rahman rahimnya.

Saat dzikrullah atau ROC [1], sering didatangi kepahaman.

Sebagai contoh dikala haus dan lapar saat dzikrullah/duduk dibilik halwat, ketika mau makan/minum, datanglah kepahaman yang mengatakan, Allah maha rahman rahim kepada semua ciptaan menerusi dzat-nya, apakah makan minum itu melebihi nikmat dzikrullah/duduk di bilik khalwat?

Ketika duduk dengan keluarga sambil menjaga dzikrullah, sering datang kepahaman yang mengatakan, Allah sangat mencintai dan mengasihi semua ciptaannya, Apakah kau lebih cinta dan kasih kepada keluargamu daripada Allah?

Hal itulah yang membuat mata menetes bila – bila masa. Karena nikmat dzikrullah memang mengalahkan segala nikmat.

Bersyukur ada syariat Nabi, andaikata Nabi Muhammad tidak makan/minum dan tidak sayang sama keluarganya, mungkin makan minum dan keluarga bisa saja ditinggalkan.

Pertanyaan saya: apakah soalan yang tiba ke dalam hati tersebut merupakan kepahaman ataukah godaan?

Kemudian saya harus bagaimana Ustadz? Airmata itu jatuh tanpa bisa saya cegah, tanpa bisa saya kendalikan.

4/1/17, 10:28 PM – Ustadz Hussien Abd Latiff: Rusdianto udah sampai.masanya kamu memperkamas dirimu untuk.beribadah seperti berikut:

  1. Shalat malam – satu atau 3/4 malam. Rakaat Tahajud tiada maximalnya
  2. Puasa sunat – hanya 5 hari tidak boleh puasa iaitu 2 Hari Raya dan 3 hari Tasyrik [berpuasalah, kecuali pada hari yang diharamkan untuk berpuasa]
  3. Zuhud
  4. Baca Al Quran selalu – kalau boleh khatam setiap hari.
  5. Banyakkan Sedekah
  6. Bersifat kasih sayang kpd semua ciptaan Allah swt
  7. Pegang kpd Syariah
  8. Sebenar-benar takut kpd Allah swt.

[1] ROC artinya Relax One Corner. (Spiritually means to put the mind at rest). Silakan rujuk ke video syarahan “Rahasia dalam rahasia, bagian 4”

Catatan:

Artikel tanya jawab ini diperuntukkan bagi yang sudah memahami kajian Makrifatullah. Apabila ada diantara pembaca yang belum memahami, harap terlebih dahulu membaca SILABUS KAJIAN dan mengikuti dengan runut pembahasan satu per satu sejak awal.

Untuk lebih memahami bahasan Pintu depan dan Belakang, silakan baca artikel berikut:

Artikel Terkait Pengalaman Keruhanian:

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

6 Responses

  1. Rusdianto says:

    Alhamdulillah, terima kasih banyak atas bimbingannya.

  2. Miftahol says:

    Assalamualaikum.

    Ada pengalaman yang ingin saya tanyakan kepada Ustadz dan para sahabat.
    Sebelum mengikuti syarahan dari Ustadz, pelajaran makrifatullah didapat dari keluarga (kakek dan bapak) mengenai ilmu makrifatullah, pelajaran hanya terbatas di lingkup keluarga saja, tidak mengajar orang lain. Dimana kepahaman ilmu makrifatullah yang diajarkan tentang dzat, sifat, asma dan af’al. Dan sangat berterimakasih sekali Ustadz sudah menjelaskan ilmu tersebut dengan sejelas – jelasnya.

    Kemudian, dzikirnya adalah dzikir diam, dengan mengingat Allah yang tak serupa tak seumpama di minda saja, dengan kepahaman diminda bahwa jasad/nyawa/ruh/hati/raga/jiwa tidak wujud (adamun). Pada saat dzikir sering mengalami suatu keadaan dimana kadang terasa mengecil, membesar, kadang terasa tenggelam/naik pada tempat yang luas, kadang berada pada suatu tempat yang terang benderang tapi tiada lampu, tiada sumber cahaya. Pada keadaan tersebut kadang bisa berjam – jam lamanya, dan kadang tak terdengar apapun / tak terasa apapun disekitar kita.
    Suatu saat dzikrullah sambil ngarit rumput mau hujan panas tidak terasa, suatu saat juga ketika sujud dalam shalat, tak terasa kalau sedang sujud begitu lama, keadaan itu berhenti ketika ada kondisi rohani yang didalam timbul sesuatu yang mengejutkan yang meminta untuk turun/berhenti, barulah keadaan itu terhenti.
    Tetangga, keluarga yang melihat keadaan ini sering terjadi, sampai – sampai bilang kalau saya sudah gila, tapi kata – kata hinaan itu tak terasa apapun, saya tetap relax saja, dzikrullah lanjut terus.

    Suatu saat kakek dan ayah memperingatkan saya kalau saya ada anak istri, yang menjadi tanggung jawab saya, jangan sampai lupa syariat. Jadi kalau dzikrullah jangan sampai seperti orang hilang/tidak sadarkan diri.

    Pertanyaan saya: Apakah dzikrullah tersebut sudah on track/di jalur yang benar? Apakah dibenarkan jika dzikrullah sampai tidak merasakan keadaan sekitarnya/sampai seperti orang tidak sadarkan diri (kalau lagi sujud sampai lama, kalau lagi duduk sampai lama)/dipanggil orang tidak mendengar karena keadaan sekitar tiada lagi terasa?

    • YAMAS says:

      Pak Miftah, insyaAllah kami tanyakan pada ustadz

    • YAMAS says:

      [4/10, 2:57 PM] Ustadz Hussien Abd Latiff: Miftahol, tentunya apa diajarin oleh keluargamu bukanlah Tasawuf Jalan Nabi-nabi. Kerana dalam Tasawuf Nabi-nabi, kita bekerja Walaupun sentiasa mengingati Allah swt. Seperti Rasulullah saw, Sayidina Abu Bakar ra, Sayidina Umar ra, Sayidina Uthman ra & Sayidina Ali ra. Begitu juga ustaz, bisa mengajar walaupun hati mengingati Allah swt.

      Tidak pernah mereka -termasuk ustaz- tak sedarkan diri semasa dzikrullah.

      Inilah Tasawuf Jalan Nabi-nabi, yang Nabi Isa ada berkata bahawa orang di jalan ini bisa bekerja serta pada masa yg sama ingat kpd Allah swt

      Saya harap tiada ahli keluarga kamu mati kebuluran [kelaparan] mengikuti ajaran keluargamu.

  3. Miftahol says:

    Terimakasih penjelasannya Ustadz. Hal ini saya tanyakan setelah saya menyimak Iqra 15 dan 16, dimana ada keterangan: Dengan itu hati kamu pun penuh dengan Allah sahaja. Tidak ada yang lain dari Allah dalam hati kamu itu. Kamu pun bersih dari yang lain daripada Allah .
    Syeikh Abdul Qadir Al Jilani, Futuh Ghaib, 57-58 (1990)
    Keterangan itu saya pahami, dimana yang lain sudah tidak terasa lagi, karena yang tinggal hanya ingatan Allah saja.

    Maaf jika saya salah dalam memahaminya.
    Sekali lagi terimakasih Ustadz, semua pelajaran yang sudah diberikan selama ini. Saya akan selalu ikuti pelajaran/syarahan dari Ustadz, mohon doanya agar saya diberi rahmat dan kepahaman yang benar, serta untuk mengikuti/melaksanakan petunjuk – petunjuk dari Ustadz.

Leave a Reply to Miftahol Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *