Q&A: BAIK DAN BURUK DARI SIAPA YA?

Diketik ulang dari syarahan Makrifatullah di Cianjur. Sesi tanya jawab

Abdul Aziz: Ustadz, bagaimana kaitannya dengan ayat “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka,” (Ar Raad : 11) (ustadz Aziz menanyakan kaitannya antara surat Ar-Raad ayat 11 dengan kajian bahwa semuanya sudah masuk dalam takdir Allah)

Hj. Hussien Bin Abdul Latiff:

Maksudnya ayat itu –tentang- kalau kamu ingat (kalau kamu mengira) Allah itu tidak bijaksana.

Itu pasal orang ingat dia bisa mengubahkan qada dan qadar. Orang yang macam begini, Allah tidak akan tolong dia, tidak akan rubahkan nasibnya. (Maksud Beliau, selama kaum tidak merubah diri menjadi meyakini bahwa segala sesuatu sudah ditakdirkan Allah secara bijaksana; maka selama itu pula orang itu tidak akan bisa melihat hikmah dibalik kejadian)

Karena dia tidak yakin bahwa qada dan qadar itu terbaik baginya, jadi dia sangsi dengan kebijaksanaan Allah. Allah tidak akan tunjuk dia pelajaran dan hikmah disebalik yang terjadi.

Jadi…kita mau yakin pada takdir itu, dan kita yakin kita tak boleh (‘boleh’ dalam melayu = ‘bisa’ dalam bhs Indonesia) ada buat perubahan.

Kalau prinsip ini kita bisa ubah (maksud beliau, jika kita bisa mengubah prinsip untuk menjadi selalu menerima takdir Allah dan yakin bahwa segala yang terjadi itu berhikmah), kita bisa mengatasi orang-orang kafirun.

Orang kafirun dia yakin, semua yang berlaku ada hikmah. There’s good reason behind it.

Jadi bila berlaku, dia (maksudnya orang-orang kafir itu) antar scientist-scientist untuk mempelajari ilmu disebalik kejadian ini. Jadi dia dapat ilmu bermacam-macam.

Kita yang ga mau ubah pendirian kita, tidak mau yakin takdir ini terbaik, kita yang kehapusan ilmu disebalik semua yang berlaku, hikmah yang Allah janjikan ini, tapi kita ga yakin, kita ga mau berubah pendirian kita. Kita masih tak mau yakin pada qada dan qadar.

Tuan-tuan, puan-puan, saya bersyarah tentang paradigma orang islam, paradigma orang islam sangat tinggi karena rukun iman ini. Itu betul. Dan hanya dunia akan dapat keamanan, bila paradigma kita, level pikiran kita sampai pada peringkat itu.

Hendak sampai, mesti terima qada dan qadar.

Perang jepang, banyak di singapura, Malaysia, China, Korea, banyak korban. Tetapi kita orang islam, di Singapura, di Malaysia, kita menerima ini takdir, kita boleh lupakan, dan orang putih cakap kita boleh move on hidup terus. Orang jepang boleh masuk, menanam modal, berlabuh, ga ada masalah.

Tetapi orang kafirun ga bisa (maksudnya, orang-orang yang tak punya paradigma bahwa segala sesuatu sudah tertakdir, akan sulit move on).

Bila perdana mentri, Tokyo, mau pergi ke satu temple, di situ ada nama jendral yang membunuh banyak orang masa perang jepang, negri Cina memberontak, ingin memutuskan silaturahim.

Pemerintahan Negri Korea Selatan berontak, memutuskan silaturahim. Kenapa masih tak boleh lupa? Karena ga ada rukun iman keenam.

Untung baik dan jahat daripada siapa ya? (lalu Beliau memberi isyarat telunjuk mengarah ke Atas, maksudnya segala sesuatu tertakdir dari Allah)

YAMAS

Yayasan Makrifatullah Sedunia (YAMAS) - Indonesia

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *