ARAH SELANJUTNYA (By Yusdeka)
Oleh Yusdeka Putra (www.yusdeka.wordpress.com)
Sebelum kita shalat, kita harus mengenal Allah (makrifatullah) terlebih dahulu. Kalau tidak, maka kita tidak akan pernah bisa mengingat Allah di dalam shalat kita. Yang kita ingat di dalam shalat itu malah berbagai benda dan milik kita, serta berbagai peristiwa yang akan muncul silih berganti melalui “pintu-pintu ingatan” kita. Tepatnya, kita tidak akan pernah bisa IHSAN kepada Allah.
Kalau kita tidak mengenal Allah, makrifatullah, maka kita tidak akan pernah bisa beriman kepada TAKDIR Allah, rukun iman ke-6. Kita tidak akan pernah tahu tentang bagaimana takdir Allah bekerja. Tidak akan pernah bisa. Akibatnya, kita selalu akan ribut dan bertengkar dengan Allah. “kenapa begini dan begitu ya Allah, kok tidak begini dan begitu ya Allah”, sehingga kitapun nyaris selalu merasa tersiksa di dalam hidup kita.
Kalau tidak mengenal Allah, makrifatullah, maka kita tidak akan pernah tahu tentang bagaimana Allah memberitahu kita tentang apa-apa yang tidak kita ketahui, tentang ilham, tentang hidayah. Karena ia nantinya akan tercampur baur dengan pikiran-pikiran kita sendiri, dengan hawa nafsu kita sendiri, dengan angan-angan kita sendiri. Sehingga kitapun seperti berjalan tanpa adanya tuntunan yang jelas dan tegas dari Allah.
Kalau kita tidak mengenal Allah, makrifatullah, bagaimana kita akan bisa mengingat Dia, dzikrullah ???.
Cara untuk mengenal Allah, Makrifatullah, yang diajarkan oleh Rasulullah saw, adalah sangat mudah sekali, bukan jalan yang berbelit, sulit, dan berliku. Tidak perlu wirid dan laku yang aneh aneh yang tidak pernah ada dizaman Rasulullah dulu. Dan kita selanjutnya akan mulai dari yang sederhana itu.
Selama ini hampir tidak ada orang yang membahas hikmah dari peristiwa isra’ dan mikraj Nabi Muhammad saw, selain hanya tentang diwajibkannya shalat untuk kita.
Padahal dalam peristiwa itu terkandung sebuah hikmah lain yang alangkah fundamentalnya bagi manusia-manusia yang berfikir (ulul albab), yaitu tentang Allah dan tentang segala ciptaan-Nya. Tentang Allah dan Lauhul Mahfuz, Tentang Allah dan Sistem Allah yang bekerja sangat sempurna di dalam Lauhul Mahfuz itu.
Bahwa Rasulullah berada di batas akhir ruang ciptaan berhadapan dengan Allah di depan Tabir Nur Yang menabiri Allah terhadap Rasulullah. Tabir yang menjaga agar Rasulullah tidak hangus terbakar. Sebab seandainya tabir nur itu dibukan oleh Allah, walau sedikit, maka Keagungan dan Keindahan Dzat-Nya akan menghanguskan Rasulullah dan semua makhluk Allah yang lainnya.
KOMENTAR